HOT

iklan idul adha

Daerah  

Bung Hatta Lamar Rahmi Lewat Bung Karno Lamaran penuh kejutan tiga bulan pascakemerdekaan

BOGOR, Beritafaktanews.com – Tiga bulan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, suasana hangat tercipta di kediaman Ny. Rachim. Kedatangan Presiden Soekarno, yang saat itu ditemani sahabat karibnya, Mohammad Hatta, membawa maksud istimewa yang tak disangka-sangka.

“Begini, saya mau melamar,” kata Bung Karno langsung kepada Ny. Rachim.

Tentu saja sang tuan rumah terkejut. “Melamar siapa?” tanyanya bingung. Ketika Soekarno menyebut nama putrinya, Rahmi, atau akrab disapa Yuke, keterkejutan pun bertambah. “Untuk siapa?” lanjutnya.

Dengan mantap, Bung Karno menjawab, “Untuk teman saya, Hatta.”

Suasana seketika menjadi hening. Meskipun Soekarno dan Hatta telah lama dikenal keluarga itu, lamaran yang tiba-tiba tetap membuat Ny. Rachim terdiam sejenak. Pasalnya, Rahmi masih berusia 19 tahun, sedangkan Hatta kala itu telah mencapai usia 43 tahun—selisih usia 24 tahun menjadi pertimbangan tersendiri bagi sang ibu.

Namun, Ny. Rachim memilih untuk menyerahkan keputusan kepada anaknya. Ketika disampaikan maksud kedatangan Bung Karno, Rahmi awalnya tidak percaya. “Buat saya? Mahasiswa sinting mana yang mau melamar saya?” ujarnya polos.

“Ini bukan mahasiswa! Dia orang baik, Mohammad Hatta!” jelas sang ibu.

Mendengar itu, adik Rahmi, Raharty, menyela, “Jangan mau, Yuk, orangnya sudah tua.” Rahmi pun semakin ragu. Bahkan ketika diajak menemui Bung Karno, dia sempat berkata dengan polos, “Om, saya takut.”

Soekarno tersenyum menenangkan. “Kamu takut apa? Jangan takut, Hatta itu orang baik, dia pemimpin yang baik, dan juga sahabat saya yang baik.”

Kata-kata Bung Karno akhirnya meyakinkan Rahmi. Ia pun menerima lamaran tersebut. Bagi Rahmi, Hatta adalah sosok cerdas dan taat agama.

Pernikahan Mohammad Hatta dan Rahmi Rachim akhirnya berlangsung pada 18 November 1945, di sebuah vila di Megamendung, Bogor. Bung Karno hadir sebagai saksi dalam pernikahan bersejarah itu. Mas kawin yang diberikan pun tak biasa—bukan emas atau uang, melainkan sebuah buku filsafat karya Hatta sendiri saat diasingkan di Digul, berjudul Alam Pikiran Yunani.
(Red- R12-BFN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *