JAKARTA Beritafaktanews.com— Upaya memperkuat industrialisasi nasional berbasis sumber daya mineral dan batu bara menjadi fokus utama dalam Mineral dan Batubara Convention and Expo 2025 (Minerba Convex 2025) yang digelar di Jakarta International Convention Center (JICC) pada 15–16 Oktober 2025.
Acara yang dihadiri para tokoh industri, pejabat pemerintah, akademisi, dan pemangku kepentingan itu menghadirkan pameran industri serta diskusi kelompok terfokus (focus group discussion/FGD) yang terbagi dalam tujuh sesi tematik. Setiap sesi menyoroti isu strategis mulai dari hilirisasi, mineral kritis, keberlanjutan lingkungan, hingga tata kelola hukum dan peran tambang rakyat.
FGD yang berlangsung pada hari kedua, Kamis (16/10), digelar secara paralel di tujuh breakout room sejak pukul 08.00 hingga 12.00 WIB. Masing-masing ruang menghadirkan pembicara utama, penanggap dari lintas kementerian dan lembaga, serta sesi tanya jawab interaktif.
Pada Breakout Room A, tema Mineral Kritis dan Strategis membahas strategi hilirisasi untuk mendukung energi terbarukan dan pertahanan nasional.
Tedy Badrujaman (Mind Id) memaparkan peta jalan hilirisasi mineral, sementara Bede Evans (STM) menekankan pentingnya eksplorasi jangka panjang. Penanggap dari Kementerian Pertahanan dan Kementerian ESDM menegaskan urgensi membangun rantai pasok domestik yang tangguh
Sementara itu, Breakout Room B bertema Hilirisasi dan Industrialisasi menampilkan Arsal Ismail (PT Bukit Asam) yang menyoroti proyek gasifikasi batu bara (DME) sebagai substitusi LPG impor.
Tony Wenas (PT Freeport Indonesia) menambahkan, hilirisasi tembaga menjadi kunci mendukung ekosistem kendaraan listrik dan energi baru terbarukan di Indonesia.
Isu Lingkungan dan Daerah Juga Dibahas
Isu keberlanjutan menjadi topik utama Breakout Room C, dengan Roy Arman (Harita Nickel) memaparkan praktik terbaik reklamasi dan pengelolaan lingkungan pascatambang di kawasan timur Indonesia.
Adapun Breakout Room D mengangkat peran tambang dalam pembangunan daerah, di mana Gubernur Sulawesi Tenggara Andi Sumangerukka menyoroti kontribusi sektor tambang terhadap pertumbuhan ekonomi regional.
“Tambang bukan sekadar penyumbang PAD, tapi penggerak ekonomi daerah jika diikuti hilirisasi di lokasi sumber daya,” ujar Andi.
Efisiensi, Hukum, dan Tambang Rakyat
Di Breakout Room E, Vinicius Mendes (PT Vale Indonesia) memaparkan strategi efisiensi berkelanjutan untuk menjaga profitabilitas di tengah fluktuasi harga global. Lembaga riset Argus turut memberikan pandangan soal tren harga komoditas dunia.
Sementara Breakout Room F membahas kepastian hukum dan tata kelola pertambangan.
Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Febrie Adriansyah bersama Komjen Pol Syahardiantono menekankan pentingnya penegakan hukum terhadap pertambangan ilegal dan pengawasan perizinan yang transparan. “Kepatuhan dan keterbukaan izin menjadi kunci pencegahan kerugian negara di sektor minerba,” tegas Febrie.
Penutup acara di Breakout Room G menyoroti tambang rakyat inklusif, dipandu oleh Gubernur Kalimantan Barat Ria Norsan. Ia menggarisbawahi pentingnya legalisasi dan sinergi antara Izin Pertambangan Rakyat (IPR), pemerintah daerah, dan BUMN agar manfaat tambang dapat dirasakan secara adil di masyarakat.
Wadah Kolaborasi Nasional
Minerba Convex 2025 menjadi wadah strategis untuk menyelaraskan kebijakan pemerintah dengan inisiatif dunia usaha, membangun ekosistem industri nasional yang tangguh, berkelanjutan, dan inklusif di tengah fluktuasi harga komoditas serta tekanan geopolitik global.
Forum ini sekaligus menegaskan peran Indonesia sebagai pemain kunci dalam rantai pasok mineral kritis dunia, dengan semangat kolaborasi menuju pertambangan yang mandiri, berdaya saing global, dan berkelanjutan secara ekonomi, sosial, serta lingkungan.(R01-R12-BFN)