Jakarta, Berita Faktanews.com – Dini hari 1 Oktober 1965, rumah Jenderal A.H. Nasution di Jalan Teuku Umar, Jakarta, menjadi sasaran operasi pasukan penculik Gerakan 30 September (G30S/PKI).
Pasukan tersebut dipimpin Pelda Jahurup dari Resimen Cakrabirawa. Mereka terdiri dari:
Satu regu Yon Kawal Kehormatan Cakrabirawa
Satu peleton Yon 530 Brawijaya
Satu peleton Yon 454 Diponegoro
Satu peleton PGT AURI
Satu peleton sukarelawan Pemuda Rakyat
Dengan menggunakan empat truk, pasukan segera mengepung kediaman Nasution. Sebagian masuk ke dalam, sementara lainnya menjaga dari luar. Para penjaga rumah yang sedang bertugas tak berkutik setelah disergap. Tembakan peringatan dilepaskan ke udara untuk mengintimidasi agar tidak ada perlawanan.
Mendengar kegaduhan, Johanna Sunarti, istri Jenderal Nasution, terbangun. Dari balik pintu, ia melihat pasukan bersenjata dan langsung berteriak, “Cakra!” Firasat buruk membuatnya mendesak sang suami melarikan diri.
Namun ketika pintu kamar dibuka, Nasution disambut rentetan tembakan. Berbekal pengalaman tempur, ia segera tiarap menghindar. Sementara istrinya menahan pintu dari gempuran para penculik. Dalam situasi kacau itu, Nasution berhasil melompati tembok Kedutaan Irak yang bersebelahan dengan rumahnya.
Tragedi tak terhindarkan. Putri bungsu mereka, Ade Irma Suryani yang baru berusia lima tahun, terkena peluru nyasar di punggung akibat tembakan ricochet. Ia kemudian wafat di RSPAD Gatot Subroto.
Para penculik hanya berhasil membawa Letnan Satu Pierre Tendean, ajudan Nasution, yang kelak menjadi salah satu korban keganasan G30S/PKI.
Nasution sendiri bersembunyi di kediaman Kedutaan Irak hingga pagi. Setelah situasi memungkinkan, ia dievakuasi anak buahnya menuju Markas Kostrad. Demi menghindari pengejaran, sang jenderal bahkan sempat tiarap di lantai mobil sepanjang perjalanan.
Tak lama kemudian, Pangdam Jaya Mayjen Umar Wirahadikusumah tiba di lokasi. Setelah mendapat laporan penyerangan terhadap rumah para perwira tinggi Angkatan Darat, ia mengerahkan beberapa unit panser untuk mengamankan kediaman Jenderal Nasution.
Malam itu menjadi saksi bagaimana keluarga kecil Jenderal Nasution harus menghadapi teror Cakrabirawa. Keberanian Johanna Sunarti dan pengorbanan putrinya, Ade Irma, tercatat dalam sejarah kelam bangsa sebagai bagian dari tragedi G30S/PKI.
(R01-R12-BFN)