JAKARTA,.Berita Faktanews.// Harga batu bara global kembali mencatatkan tren penguatan signifikan pada perdagangan Selasa (29/7/2025). Kenaikan ini dipicu oleh melonjaknya permintaan listrik di kawasan Asia yang tengah menghadapi musim panas ekstrem, memaksa negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan meningkatkan konsumsi energi, termasuk dari pembangkit batu bara.
Harga Kontrak Naik Bertahap
Harga batu bara Newcastle tercatat:
Agustus 2025: tetap di US$ 115,5 per ton
September 2025: naik US$ 0,5 ke US$ 118 per ton
Oktober 2025: naik US$ 0,35 ke US$ 119,6 per ton
Sementara harga batu bara Rotterdam mengalami lonjakan lebih tajam:
Agustus 2025: naik US$ 1,7 ke US$ 105,1
September 2025: naik US$ 2 ke US$ 106,4
Oktober 2025: naik US$ 2,2 ke US$ 107,4
Lonjakan Dipicu Musim Panas dan Stok Menipis
Mengutip laporan Bloomberg, harga acuan batu bara Newcastle asal Australia menyentuh US$ 115,5 per ton, tertinggi sejak Februari 2025. Cuaca panas ekstrem yang melanda Asia, termasuk Jepang, Korea Selatan, dan sebagian wilayah Tiongkok, mendorong permintaan listrik untuk pendingin ruangan meningkat tajam.
Kondisi ini diperparah oleh stok batu bara yang mulai menipis, mendorong importir mempercepat pembelian dan meningkatkan harga di pasar berjangka.
Jepang Dongkrak Konsumsi Batu Bara
Salah satu indikator utama lonjakan permintaan datang dari Jepang, yang mencatatkan output pembangkit listrik tenaga batu bara tertinggi dalam 10 bulan terakhir, khususnya di wilayah Tokyo. Suhu udara di atas normal memaksa operator energi mengandalkan kembali pembangkit batu bara untuk memenuhi lonjakan kebutuhan pendingin ruangan.
Sebagai catatan, Jepang merupakan salah satu importir batu bara Australia terbesar di kawasan, menjadikan fluktuasi suhu di negara tersebut sangat mempengaruhi pergerakan harga global.
Prospek Harga dan Sektor Energi
Dengan cuaca panas yang diprediksi masih akan berlanjut hingga Agustus, pelaku pasar memperkirakan harga batu bara masih berpeluang menguat. Di sisi lain, hal ini memberi sinyal positif bagi kinerja emiten batu bara di pasar modal, meski juga menimbulkan kekhawatiran atas ketahanan energi di negara-negara importir.
(Red)