JAKARTA Beritafaktanews.comā Nama Sjam Kamaruzaman mungkin tak sepopuler D.N. Aidit dalam sejarah Partai Komunis Indonesia (PKI), namun perannya dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S) tak bisa dipandang sebelah mata. Ia adalah tokoh sentral yang menjabat sebagai Kepala Biro Khusus PKIāunit rahasia yang secara ilegal merekrut kader partai di lingkungan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
Sebagai orang dekat Aidit, Sjam dikenal cerdas, berani, serta fasih dalam berbagai bahasa asing seperti Inggris, Belanda, Jerman, dan Rusia. Selain itu, ia memiliki keahlian dalam bidang intelijen, militer, dan komunikasi, serta diketahui pernah melakukan kunjungan ke negara-negara komunis seperti Uni Soviet dan Tiongkok.
Sjam diyakini berperan menyusun daftar target penculikan dan pembunuhan dalam aksi G30S. Namun, meski berstatus pimpinan penting dalam struktur rahasia PKI, jati diri Sjam di kehidupan sosial justru jauh dari kesan ideologis. Ia dikenal sebagai pengusaha dan tidak pernah mengungkapkan afiliasinya kepada PKI di lingkungan keluarga maupun masyarakat sekitar.
Penangkapan Sjam terjadi pada 1967 di Cimahi, Jawa Barat, setelah teridentifikasi oleh mantan anggota Biro Khusus yang telah ditahan lebih dahulu. Dalam masa penahanan, Sjam disebut mendapat perlakuan khusus dari aparat militer. Ia menjadi saksi kunci dan informan utama dalam pengungkapan jaringan PKI, termasuk identitas tokoh-tokoh penting partai dan anggota PKI di tubuh ABRI.
Hal inilah yang kemudian menimbulkan spekulasi bahwa Sjam sejatinya bukan kader tulen PKI, melainkan agen rahasia militer atau bahkan intelijen asing seperti CIA yang menyusup ke tubuh partai untuk menghancurkannya dari dalam.
Sjam menjalani sidang tertutup di Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) pada 1986 dan dijatuhi hukuman mati. Eksekusinya dilakukan secara diam-diam, dan hingga kini, banyak sisi kehidupannya masih menyisakan teka-teki.
Nama Sjam Kamaruzaman tetap menjadi bagian dari catatan kelam sejarah Indonesia, di tengah kabut misteri yang belum sepenuhnya terungkap hingga hari ini.
Catatan Redaksi: Artikel ini disusun berdasarkan sejumlah sumber sejarah, kesaksian, dan dokumen pengadilan militer yang pernah dibuka untuk publik. (Red)
